BERHIJAB ITU KONTRAK PRIBADI DENGAN TUHAN, JANGANLAH IKUT CAMPUR MENGHAKIMI MEREKA YANG BELUM SIAP
Sedih rasanya bila melihat di media sosial, orang begitu lugas menghakimi orang lain. Mulai dari mempertanyakan agama, hingga menkafirkan karena sikap yang dianggap tak sejalan.
Berbeda dengan kira-kira dua puluh tahun yang lalu, kini hijab sudah menjadi hal yang biasa. Kesempatan untuk perempuan Islam menjalankan kewajibannya sudah terbuka lebar. Namun seturut dengan itu, kini orang juga mudah sekali mencela kepada mereka-mereka yang belum berhijab. Niatnya barangkali hanya mengingatkan akan kewajiban, namun terkadang bahasa yang digunakan terlalu menghakimi.
Bila niatnya adalah mengajak saudara seiman untuk menjalankan kewajiban, apakah menghakimi dan menyinyiri akan cukup membawa hasil yang signifikan? Kiranya tidak. Sebab mereka perlu motivasi, didukung dan disemangati, bukan dihakimi.
Kita yang sudah berhijab sering merasa sudah paling tepat. Lantas mulai bertanya-tanya mengapa dia dan dia tidak segera berhijab
Sebagai simbol agama, hijab seringkali dijadikan standar. Sudah menjalankan salah satu kewajiban umat Islam, yaitu dengan memakai hijab, sering membuat sebagian dari kita merasa memiliki ilmu agama yang lebih tinggi. Dari sini mungkin juga muncul hasrat merasa paling benar sendiri. Lalu kita mulai mengritik dia-dia yang mengaku islam yang belum berhijab.Namun apakah dia yang belum berhijab tidak bisa disebut islam? Apakah orang-orang terdahulu, yang hidup di era sebelum reformasi misalnya, di mana kala itu hijab belum menjadi hal yang umum seperti saat ini (selain belum umum, sebagian juga dilarang), juga bukan Islam hanya karena tidak sempat berhijab?
Yang sudah berhijab belum jaminan bahwa akhlak sudah paling sempurna, dan dia yang belum berhijab juga belum tentu hobi berbuat dosa. Menilai seseorang tak bisa hanya dari hijabnya saja
Karena sebagai seorang perempuan berhijab, saya pribadi merasa bahwa akhlak saya masih banyak kurangnya. Sementara itu mereka-mereka yang tidak berhijab, juga tidak selalu berarti dia suka berbuat dosa, dan memuja hidup bebas tanpa tuntunan agama. Untuk saat ini, selembar hijab tidak bisa menggambarkan itu semua.
Berhijab tapi masih suka memakai celana jeans sering juga dicaci karena dituduh tidak syar i. Padahal setiap orang butuh waktu untuk belajar menyempurnakan diri
Yang berhijab dan bercelana jeans sering juga dicaci
Namun bukankah tidak semua orang bisa dengan mudah nyaman memakai rok panjang? Dan bukankah, setiap orang memerlukan proses untuk belajar menjadi muslimah yang benar? Meskipun belum sekarang, mereka juga sedang berusaha untuk menyempurnakan busana.
Ada yang memilih untuk berhijab setelah hatinya benar-benar siap, ada yang memilih untuk berhijab sambil belajar menyempurnakan akhlak. Masing-masing orang berhak menentukan sendiri
Faktanya adalah hijab bukanlah semata-mata penutup kepala. Betapa mudahnya bila hijab semata-mata bagian dari tren fashion yang bisa dilepas dan dipasang. Namun jilbab adalah sebuah simbol sakral, sebuah tuntunan agama yang seharusnya dihayati dengan sebenar-benarnya. Memakai jilbab tidak semudah kita memakai selendang, sebab dibalik kain itu ada segudang konsekuensi yang harus diikuti.Bagus bila kita mudah menyiapkan diri, namun tidak lantas mudah pula bagi orang lain. Ada yang memilih menghijabi hatinya dahulu, baru rambutnya. Ada juga yang memilih melakukannya bersama-sama. Itu adalah preferensi pribadi, risikonya, juga ditanggung pribadi.
Mengingatkan saudara seiman memang kewajiban, namun menghakimi bukanlah porsi kita. Sebab, Hijab adalah perwujudan relasi antara seseorang dengan Tuhan. Kita tak perlu mengintervensi
Hijab adalah persoalan seseorang dengan Tuhan
Tak perlu diragukan, setiap orang pasti ingin menuju kebaikan. Hanya saja, tidak semua orang bisa mencapainya dengan mudah. Menutup aurat memang kewajiban, tak peduli kita siap atau tidak. Namun itu tidak berarti kita boleh menghakimi dia yang merasa belum siap menjalankan kewajiban. Sebagai sesama muslim, kita wajib mengingatkan. Namun menghakimi dan mencela karena mengaku muslim tetapi tidak berhijab, tentu bukan hal yang bijaksana.
Komentar
Posting Komentar